Solo Traveling (Bepergian Sendirian)

Solo Traveling berarti melakukan perjalanan seorang diri. Melakukan perjalanan kesuatu tempat tujuan wisata seorang diri, tanpa teman, sahabat, kerabat, keluarga atau kenalan. Mungkin orang akan berpikir, apa enaknya jalan jalan sendirian? Pastilah kesepian! Jalan jalan atau berkunjung ke suatu tempat dengan teman teman pastilah akan menyenangkan. Ada teman berbagi didalam perjalanan, ada teman untuk saling memotret, ada teman yang bisa diajak untuk berdiskusi tentang apa yang dilihat dan disaksikan. Ada yang dimintai pendapat tentang barang yang dibeli, ada teman bertukar-pikiran tentang orang orang yang ditemui, tentang harga oleholeh, dan lain lainnya. Pokoknya menyenangkan kalau jalan jalan dengan teman teman dan ramai ramai.
Tetapi ketika jalan jalan beramai ramai, selalu saja ada yang ingin berkunjung ketempat lain, ada juga yang lambat jalannya, ada yang mesti ditunggui dan ditemani kemana saja. Begitu banyak orang begitu banyak keinginan. Belum lagi kalau arah yang dituju saling berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bepergian dengan ikut tour (tur) juga demikian, kadang kita belum puas dengan apa yang disaksikan, sudah harus pindah lagi. Apalagi kalau bepergian dengan teman wanita atau ibu ibu, biasanya mereka kalau belanja butuh waktu yang lama, tawar menawar, ke toilet lama, dan lain lain.
Kalau semua hal itu dipertimbangkan, maka solo traveling adalah jawaban yang tepat. Ya, jalan jalan atau bepergian sendirian. Sebenarnya ada dua macam solo traveling, yaitu karena kesenangan, dan karena keterpaksaan. Kalau karena kesenangan, ya, karena orangnya memang senang bepergian sendirian, mendatangi tempat tempat favorit dan berkelana seorang diri. Sedangkan yang karena keterpaksaan, yaitu karena teman yang diajaknya tidak ada yang bersedia, atau ditugaskan oleh kantornya kesuatu kota sendirian, dan ketika tugas kantornya selesai, terpaksa jalan jalan sendirian.
Saya mungkin termasuk orang yang suka jalan jalan sendirian. Awalnya memang karena keterpaksaan, tetapi kemudian menjadi kesenangan. Bermula saat saya kuliah di Sydney, Australia, mengambil program master di University of New South Wales. Ketika itu, saya kuliah hanya tiga hari seminggu. Banyak waktu senggang, meskipun cukup banyak tugas kuliah yang harus kuselesaikan. Biasanya saya meskipun tidak kuliah, saya tetap kekampus, membaca di Perpustakaan, fitness di Gym, main tennis, atau sekedar jalan jalan ketemu dengan teman teman sesama mahasiswa Indonesia. Kalau tidak kekampus, saya ke perpustakaan council, atau ke mall sendirian membeli kebutuhan sehari hari. Diakhir pekan, saya kadang mengajak teman, baik teman Indonesia, maupun teman Asia atau teman asli bule Australia lainnya ke tempat tempat yang saya anggap menarik. Persoalannya, terkadang, teman ada tugas kuliah yang mendesak diselesaikan, terkadang, dia tidak punya tugas, saya yang harus kekampus. Jadinya, sudah menyatukan keinginan untuk jalan jalan.
Akhirnya saya memutuskan, solo traveling, jalan jalan sendirian. Saya masih ingat destinasi pertamaku saat solo traveling, yaitu Koala Park Sanctuary di Pennant Hills, nama desa kecil dibaratdaya Sydney, dimana terdapat kebun binatang kecil. Sebenarnya tempat ini adalah penangkaran (pengembang biakan) Koala, binatang khas Australia, namun ada binatang lain yang ada disitu, misalnya, burung emu, dingo (anjing liar), landak, burung kakatua, wallaby, kangguru, wombat dll. Berbekal buku guide “Sydney The Official Guide” dan peta perjalanan kereta, saya berangkat. Dari Kingsford, saya naik bus ke Central Station, untuk melanjutkan perjalanan kereta ke Pennant Hills. Selama diperjalanan kereta, saya hanya menikmati pemandangan dan sekali sekali berinteraksi dengan para penumpang lainnya.
Tujuan utamaku sebenarnya jalan sendirian, adalah untuk mengetahui sejauh mana saya bisa berinteraksi dengan orang orang caucasian Australia, misalnya beranikah saya minta tolong menunjukkan arah, atau minta tolong untuk dipotret? Tapi ternyata saya tidak sering minta tolong, toh semua jelas dibuku, jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta dan bus yang tepat waktu. Yang membuat saya akhirnya bercakap dengan orang Australia adalah saat sudah sampai di Koala Park. Pertama saya minta tolong difoto sama koala. Yang memotret saya sebenarnya adalah anak remaja laki laki yang akhirnya kami jadi bercakap cakap sepanjang perjalanan singkat di Koala Park itu.
Setelah pengalaman pertama itu, saya mulai senang jalan jalan sendirian. Pernah ke Olympic Park di Hombush sendirian, juga dengan naik kereta, pernah ke Cabramatta, daerah (suburb) dimana banyak permukiman orang orang Vietnam di New South Wales. Pernah ke Bondi Beach sendirian. Juga pernah keliling kota Canberra sendirian, berkujung ke Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional, Danau Burley Griffin dll. Sebenarnya dari Sydney ke Canberra saya tidak sendirian, tetapi berdua dengan teman kuliah asal Singapura. Tetapi sesampai di Canberra, dia mau jalan ketempat yang disukainya, saya juga lain tujuan, akhirnya kami jalan sendiri sendiri tapi tetap tinggal sehotel dan pulang ke Sydney sama sama. Biasanya setelah bepergian sendirian dan memperlihatkan foto perjalanan ke teman temanku, mereka spontan bertanya, ‘kok tidak ngajak’? Status sebagian teman teman kuliah yang dari Indonesia sudah menikah saat kami tinggal di Sydney, sehingga tidak mudah mengajak mereka jalan jalan, tanpa membawa serta istri/ suami dan anak anak mereka. Saya yang belum menikah saat itu merasa lebih bebas kemana saja dan terkadang mengajak teman lain yang masih single untuk bepergian ke tempat tempat menarik di sekitar Sydney. Di Indonesia, saya pernah jalan jalan di Jakarta sendirian, pergi naik busway (trans Jakarta) tanpa teman, belanja oleholeh di Manggadua dengan naik ojek. Biasanya kalau saya dapat tugas dari kantor ke Jakarta sendirian, akhirya jalan jalan juga sendirian. Terakhir saya jalan jalan keliling Bogor dan ke Kebun Raya Bogor sendirian saat ditugaskan mengikuti pendidikan dan pelatihan di salah satu kantor di Bogor. Biasanya kalau mau difoto, saya akan minta tolong kepada orang orang yang lewat, baik orang Indonesia, maupun turis asing yang sedang jalan jalan juga. Dengan cara yang sopan saya kira kita tidak akan menemukan masalah dalam hal ini. Sebenarnya bagus juga kalau membawa tripod kecil, sehingga dengan menggunakan fitur otomatisnya, kita bisa berfoto tanpa mengganggu orang lain. Dengan melakukan perjalanan sendirian, kita seakan akan menemukan jatidiri kita sendiri, seperti menantang diri sendiri sampai sejauh mana kita bisa berinteraksi dengan orang orang asing yang kita temui dalam perjalanan. Jika bepergian sendirian, kita bisa berhenti disuatu obyek selama yg kita mau, bisa belok kemana saja yang kita angkap menarik, lebih bebas dan lebih fleksibel. Yang terutama, adalah selalu berpikir positif bahwa orang orang diluar sana adalah orang orang baik. Orang lain selalu ada keinginan dan naluri alamiah untuk menolong sesama. Kita juga mesti sopan dan tidak nampak arogan jika bepergian sendirian. Silakan coba pasti anda ketagihan jalan jalan sendirian…. Sumber Foto: covermore.com.au dan koleksi pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Takalar Kini dan Esok, Paradigma Baru Bupati Zainal

Buku : Takalar Kini & Esok, Paradigma Baru Bupati Zainal Editor : Andi Wanua Tangke dan Usman Nukma Penerbit : Pustaka Refleksi Te...

Popular Posts